Kritikan Ada Batasnya


………….

Dalam sebuah buku tentang mengenali kekurangan diri, ada satu topik yang menarik mengenai suatu kritik yaitu bahwa Kritikan Ada Batasnya.

Sebagian besar hal yang menjadikan kita gagal dalam berinteraksi sosial adalah karena kita lebih memuliakan diri kita dengan cara mengesampingkan atau mengurangi kemuliaan dan kehormatan orang lain, inilah yang biasanya dilakukan oleh suatu kritikan. Memburu dan mencari kesalahan orang lain, meremehkannya, menjadikannya merasa sesak, dan membuka aib merupakan tindakan menurunkan mental dan tingkat kehormatannya, semua ini telah keluar dari batas kritikan yang diperbolehkan.

Saat kita mengkritik orang lain, maka kita harus meletakkan sebuah hakikat di hadapan kedua mata kita yang mengatakan, “Pastilah kita adalah orang yang sangat remeh, hingga kita pun mengangap remeh orang lain.” Maka batas aman diperbolehkannya sebuah kritikan adalah jika tidak sampai meremehkan keadaan orang lain secara mutlak. Di depan kedua mata kita, harus ada hakikat yang menguatkan bahwa hanya karena kata-kata kritikan, kita meninggalkan rasa pahit pada mulut semua orang, karena kata-kata itu selalu berhubungan dengan kritikan yang tidak baik dan unsur penyerangan kepada mental.

Para ahli jiwa mengatakan bahwa sebagai dasar kritik yang membangun dalam batas kemanusiaan adalah tujuan sesungguhnya dari suatu kritikan bukanlah untuk memaksa orang lain dan menekan. Para psikolog juga mengatakan bahwa maksud sebuah kritikan bukanlah untuk menyakiti perasaan orang lain, melainkan untuk membantu mereka agar bisa melakukan hal yang lebih baik dan lebih mulia. Para ahli juga menyatakan bahwa dalam mengkritik orang lain, ada syarat yang perlu dipenuhi, syarat yang dianggap sebagai batasan-batasan aman yang harus dijaga, dan bagi siapa saja yang keluar dari batasan tersebut, berarti kritikannya termasuk dalam jenis penyerangan dan memusuhi orang lain.

Ingatlah selalu bahwa tujuan kita mengkritik adalah menginginkan hasil akhir yang baik, bukan untuk meremehkan orang lain, maka menjaga etika adalah menjadi syarat yang penting dalam menyampaikan kritikannya. Di dalam buku ini disebutkan bahwa saat yang tepat untuk mengkritik teman atau rekan kerja misalnya adalah ketika tidak ada orang lain. Kata-kata yang lembut akan berpengaruh dalam menciptakan suasana atau perasaan yang baik, cinta, serta perasaan sayang yang menjadikan pihak lain tidak berprasangka bahwa kita sedang melakukan penyerangan terhadapnya. Sebaiknya, kritikan tidak ditujukan langsung kepada sosok individu, tetapi kepada bentuk pekerjaan atau tindakan seseorang yang kita kritik.

Ketika kita mengkritik suatu pekerjaan atau tindakan maka kita tidak cukup hanya mengkritik saja. Kita harus memberikan solusi atau memberitahukan tindakan atau pekerja yang lebih baik yang harus dilakukan oleh orang yang kita kritik. Dengan demikian, pihak yang kita kritik merasa bahwa kita benar-benar ingin menolongnya, tidak hanya sekedar mengkritik. Dan yang penting juga adalah kita cukup mengkritik satu kesalahan dari suatu tindakan atau pekerjaan tidak berulang-ulang, jika kita melakukannya berarti kita bisa jadi dianggap hanya memburu kesalahan orang lain tersebut. Tak lupa, kita sebaiknya mengakhiri suatu kritikan dengan cara yang baik dan penuh kasih sayang. Karena apa yang kita kritik karena kita ingin membantu pihak lain, bukan tindakan untuk meluhurkan diri terhadap orang lain.

Wallahualam.


Leave a Reply