Pemilik Kenikmatan Sejati


Kenikmatan sejati terdapat pada agama yang benar, baik secara ilmiah maupun amaliah. Para pemelukya merasakan kenikmatan sempurna. Seperti ditegaskan Allah SWT, sebagai berikut

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” (Al-Fatihah : 6-7)

Mengenai orang-orang yang bertakwa yang diberi petunjuk Al-Quran

“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung” (Al-Baqaroh : 5)

“Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, lalu siapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Thaha : 123)

“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka berada dalam neraka” (Al-Infithar : 13-14)

Orang-orang yang mengikuti petunjuk Al-Quran dan beramal saleh dijanjikan akan mendapatkan kenikmatan sempurna di Akhirat nanti. Sebaliknya, orang-orang yang sesat dan berbuat dosa diancam dengan kesengsaraan. Hal ini telah tercantum dalam semua kitab-kitab suci para Rasul-Nya.

Orang-orang bertakwa memahami bahwa kenikmatan sejati itu akan diperoleh kelak di Akhirat nanti. Apabila diingatkan dengan janji Allah kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang mukmin ini, mereka akan berkata “Kesudahan yang baik itu hanyalah di akhirat nanti.”

“Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-A’raf : 128)

Ketika diajukan pertanyaan,”Bagaimana bisa Allah memberikan cobaan, ujian dan musibah kepada para kekasih-Nya dan golongan orang yang benar ?”. Orang-orang yang tidak mengakui bahwa semua perbuatan Allah mengandung hikmah dan kebaikan akan menjawab, ”Allah bebas melakukan dan menentukan apa saja kepada para makhluk-Nya”, sebagaimana Allah berfirman

“Dia tidak ditanya apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya” (Al-Anbiya : 23)

Namun, orang-orang yang mengakui semua perbuatan Allah mengandung hikmah dan kebaikan akan menjawab, “Allah melakukan demikian kepada mereka untuk memperlihatkan kesabaran kita guna mendapatkan pahala di Akhirat dan derajat yang tinggi, serta menyempurnakan ganjarannya tanpa hisab.” Aamiin.

Ada dua faktor kebodohan besar yang membuat bencana dan ujian dapat memalingkan seseorang dari menjalankan hakikat agama. Pertama, tidak mengetahui hakikat agama itu sendiri. Kedua, tidak mengetahui kenikmatan hakiki yang menjadi tujuan pencarian dan kesempurnaan jiwa, serta yang membuatnya merasa nyaman dan senang. Dua faktor inilah yang membuat seseorang berpaling dari melaksanakan hakikat agama dan tidak mencari kenikmatan hakiki.

Jelas sekali bahwa hamba yang sempurna adalah yang mengenal kenikmatan hakiki yang dicari dan usaha apa yang bisa membuatnya memperoleh kenikmatan tersebut. Dan tentu bertekad kuat untuk berusaha dan mencintai kenikmatan tersebut secara tulus. Sebab, mengandalkan pengetahuan dan cara saja tidaklah cukup membuat kita bisa memperoleh kenikmatan jika tidak dibarengi usaha. Demikian pula, keinginan kuat tidaklah bisa mendatangkan apa yang diinginkan jika tidak diiringi dengan kesabaran.

Kebahagian, kesenangan, dan kenikmatan yang sempurna bergantung pada lima faktor

  1. Mengetahui kenikmatan hakiki yang dicari
  2. Mencintainya
  3. Mengetahui cara memperolehnya
  4. Berusaha meraihnya dengan cara tersebut, dan
  5. Bersabar mendapatkannya

Allah SWT berfirman,

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta yang saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran” (Al-‘Ashr : 1-3)

Hakikat agama adalah mengerjakan atau mengamalkan semua ibadah baik ibadah jasmaniah maupun ibadah qalbiah. Meninggalkan dan menjauhkan dari perbuatan haram jasmaniah maupun qalbiah. Sesungguhnya Allah SWT. menjamin untuk menolong agama-Nya, pengikut-Nya, dan para kekasih-Nya yang menjalankan agama-Nya baik secara pengetahuan maupun pengamalan (Ilmah dan amaliah). Sebaliknya, tidak menjamin untuk menolong kebatilan sekalipun pelakunya merasa yakin bahwa dirinya adalah orang yang benar. Demikian pula kemuliaan dan kehormatan hanyalah dimiliki oleh orang yang beriman. Kehormatan dan Kemuliaan seseorang tergantung dari kadar keimanannya. Allah SWT. berfirman

“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui” (Al-Munafiqun : 8 )

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman” (Al-Hajj : 38)

“Allah adalah pelindung semua orang yang beriman” (Ali Imran : 68)

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman” (Al-Anfal : 19)

Seseorang akan dilindungi Allah SWT sesuai dengan kadar keimanannya. Allah SWT berfirman

“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang mukmin yang mengikutimu” (Al-Anfal : 63)

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi [hari kiamat]” (al-Mu’min : 51)

“Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang” (Shaff : 14)


Leave a Reply